Netlabel sebagai Solusi untuk Para Musisi
Perkembangan netlabel di Indonesia dari tahun ke tahun semakin semarak. Dimulai dengan Tsefula/Tsefuelha Records pada 2004 kemudian Yes No Wave hadir di tahun 2007, istilah netlabel-pun mulai menggaung di dunia musik lokal. Dan, secara bertahap, lahirlah beberapa netlabel baru dari tahun ke tahunnya mulai dari Inmyroom Records, Mindblasting, StoneAge Records, Hujan! Rekords, Pati Rasa, Kanal30, Lemari Kota, hingga Ear Alert Records.
Kehadiran netlabel pun memberi angin segar bagi para musisi karena sangat membantu mereka yang tidak memiliki cukup budget guna merilis karyanya dalam bentuk fisik, seperti apa yang dikatakan Arfian, gitaris dari We The People, “Walaupun saya penggemar rilisan fisik, tetapi saya tidak memandang sebelah atau bahkan menutup mata akan kehadiran kawan-kawan yang berkecimpung di netlabel. dan tak dapat dipungkiri inilah era digital, dengan hadirnya Netlabel bisa membantu kita-kita yang misalnya mau merilis rilisannya dalam bentuk fisik namun budget-nya belum memadai, yang tentunya disertai bundle .pdf, .jpeg, dll yang didalamnya terdapat artwork, lirik+penjelasan, credit title, etc.” Untuk yang satu ini, Aldiman, owner dari PTK Distribution yang juga penggagas Bagi-Bagi Zine turut berkomentar namun nada yang sedikit berbeda, “Yang paling penting itu, pemahaman kita semua mengenai alternatif-alternatif cara yang ada dalam menyebarluaskan karya. Kalau mental artist/musisi nya tetep aja mental menunggu, menunggu dirilisin netlabel, nunggu, nunggu, nunggu. Yah gak bagus juga menurutku. Semestinya dengan adanya netlabel kita jadi kreatif. Keterbatasan atau kekurangan bisa kita siasati dengan macem macem cara, gitu mungkin ya!”
Selain itu, sebagai media promosi, netlabel pun bisa dikatakan cukup efektif dalam membantu menyebarkan karya-karya dari sang musisi. Karena biasanya, tiap kali merilis album netlabel selalu mengoptimalkan penggunaan soc-med yang sedang onfire saat ini seperti Facebook, Twitter, ataupun Google Plus sebagai lahan promosinya. Netlabel memang memaksimalkan dunia Internet agar rilisannya dapat segera diketahui untuk kemudian diunduh orang lain. Hal semacam inilah yang turut dirasakan seorang Ditus, penikmat rilisan netlabel yang aktif di Kolektif Dhuafa dan band hardcore PitBull, “Netlabel tuh jadi wadah promosi yang efektif khususnya band indie lokal dengan kualitas super. Informasi jadi cepat tersebar. Kalau musiknya bagus makin banyak orang tau makin berkembang dan bervariatif referensi musik mereka. Kalau udah gitu tinggal berharap selera pasar juga meningkat.”
Secara langsung ataupun tidak, netlabel telah turut menjadi satu dalam raga perkembangan dunia musik tanah air khususnya dalam pergerakan Indie/Underground scene. Cukup dengan menghubungi salah satu netlabel (atau lebih) yang kita inginkan dan mengirim file mp3, dan karya kita siap didengar oleh ribuan bahkan lebih banyak lagi orang diluar sana. Tak usah lagi pusing memikirkan penggandaan cd/tape, cetak cover, dan promosi.
Kini netlabel hadir sebagai alternatif bagi para musisi dalam hal distribusi karya-karyanya. Namun, para musisi pun tidak terlena lantas lupa betapa asyiknya mewujudkan karya kita dalam bentuk fisik. Karena seberapa pun asyiknya mendengarkan file mp3 dalam iPod, membaca lirik dalam layar iPad yang flat, memandangi keindahan artwork cover dari layar laptop, semua itu tak sebanding dengan menukar side A dan B (untuk tape), menekan tombol open/close kemudian memasukan cakram padat ke dalam tatakan disc player serta menekan play, menggenggam lembaran lirik serta – tak ketinggalan - membaca thanks list.
Oleh Alfian Putra A